 |
green books |
Jejakkaumkusam, - Keberadaan tumpukan sampah yang terus dikeluhkan para wisatawan di Gunung Rinjani membuat pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) harus bersikap tegas. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB saat ini sedang merencanakan penerapan “Sampah Berbayar”.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Faozal menjelaskan, penerapan sistem Sampah Berbayar itu dimaksudkan untuk mengurangi volume penumpukan sampah di sekitar pendakian Gunung Rinjani.
Hingga saat ini, diakui Lalu Faozal, pihaknya kerap menerima keluhan dan laporan adanya tumpukan-tumpukan sampah maupun yang berserakan di sepanjang jalur pendakian maupun di sekitaran Danau Segara Anak yang dibawa naik oleh pendaki yang masih kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Kita berharap dengan adanya sistem Sampah Berbayar ini bisa menjaga kebersihan dan kelestarian alam pegunungan Rinjani maupun Danau Segara Anak,” ucap Lalu Faozal di Kantor Bupati Lombok Tengah.
Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, kata Lalu M. Faozal, akan segera melakukan koordinasi dengan pihak pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) untuk menyepakati rencana tersebut.
Kesepakatan tersebut, katanya, harus tercapai sebelum dibukanya kembali pendakian di Gunung Rinjani. “Kita saat ini masih menutup jalur pendakian gunung Rinjani dan akan dibuka kembali per 1 April 2017. Nah, begitu dibukanya jalur pendakian itu, saat itu juga dimulainya penerapan sistem Sampah Berbayar,” ucap Faozal.
Berapa harga sampah per kilogram?. Lalu Muhammad Faozal menjelaskan, taksiran harga sampah sekitar Rp 100 – 150 ribu per kilogram. Loket sistem Sampah Berbayar akan ditempatkan di pintu masuk Senaru di Lombok Utara dan Sembalun Lombok Timur.
Sumber: Lombokkita