-->

Tuesday, 16 July 2019

Seorang pendaki di Makassar, Sulawesi Selatan, Alim Alwi Yusuf, menemukan pendaki yang hypotermia Minggu (13/5/2018)/Kolase TribunTravel

Jejakkaumkusam.website, - Mendaki gunung dengan teman atau rombongan menghadirkan keseruan tersendiri bagi pelakunya.

Namun, ada kiat khusus bagaimana urutan barisan saat pendakian agar meminimalisir kecelakaan, tersesat, bahkan korban jiwa.

Akhir-akhir ini beberapa kasus kecelakaan di gunung disebabkan karena terpisah dari rombongan kemudian tersesat karena memaksakan diri dan banyak lagi hal-hal lainnya seperti pembritaan tentang pendaki gunung.

Anggota Senior Mountainering Wanadri, Djukardi ‘Kang Bongkeng’ Adriana menyampaikan, bagi pendaki pemula tidak akan terpikir sampai ke teknis pendakian yang aman dan nyaman, hanya agar sampai puncak.

“Pemula itu karakternya tidak tahu harus bagaimana untuk melakukan pendakian yang aman dan nyaman, kemungkinan-kemungkinan terburuk di lapangan, tidak sejauh itu dia berpikir,” terangnya saat dilansir jejakkaumkusam dari kompas, Selasa (16/5/2018).

Suasana pendaki yang beristirahat di pos satu pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).(KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Ia pun membeberkan kiat-kiat yang kerap digunakannya bersama rekan-rekan saat melakukan pendakian.

Mulai dari jumlah pendaki yang harus ganjil.

“Karena saat kepepet untuk memutuskan sesuatu urgent di alam, jalan terakhirnya bisa dari suara terbanyak, itu harus ganjil,” kata pria yang kerap disapa kang Bongkeng di dunia pendakian.

Selain itu fomasi rombongan saat mendaki juga penting.

Ia merekomendasikan ada tiga lapis formasi dalam satu barisan.

Pendaki posisi paling depan disebut rider.

Ia harus cukup profesional dalam hal jalur dan navigasi.

Tugasnya memastikan jalur yang akan dilewati dan meminimalisir tersesatnya rombongan.

“Rider ini harus cukup profesional di jalur itu,kalau bisa yang sudah pernah naik di gunung itu,” kata pria ‘kepala lima’ yang kini sibuk meriset peralatan pendakian gunung satu brand ternama.

Suasana pendaki yang beristirahat di pos tiga pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).(KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Sedangkan lapisan paling belakang juga diisi orang yang profesional dalam pendakian gunung, dari kalangan tua yang cukup bijak, karena bertugas menjaga rombongan agar tak ada yang tertinggal.

“Untuk yang pengalaman mendakinya cukup tinggi ditaruh di paling belakang, julukannya ya sapu bersih,” terang kang Bongkeng.

Sedangkan posisi tengah diisi oleh para pemula, baik wanita maupun perempuan.

Ada juga pendaki yang menerapkan formasi selang-seling antara yang berpengalaman dan pemula di posisi tengah ini.

Menurut Djukardi, itu sah-sah saja, karena memang tidak ada aturan bakunya, hanya dari pengalaman pendakian.

”Kalau yang di tengahnya bebas aja, buat yang pemula tapi posisinya bebas, mau selang seling atau gimana,” pungkasnya.(Kompas/Tribun)

loading...
Next article Next Post
Previous article Previous Post

Sponsor Iklan

loading...